Friday 13 November 2015

Skenario kehidupan

Skenerio kehidupan manusia memang tak pernah tau akan seperti apa.
Adakalanya dia mengalami kehidupan yang serba berkecukupan. Dilain waktu dia akan melewati masa-masa dimana hidup terasa sulit bahkan terasa sangat sulit. Tak seorangpun yang bisa menolong bahkan bertanya tentang dirimu. Karena mereka sendiri sedang berjuang untuk hidupnya masing-masing.
Bergerak, bergerak dan bergerak.
Harapan, harapan dan harapan.
Hanya itu mungkin yg akan membuatmu hidup dan bermakna.

Monday 21 September 2015

Kamu penyebabnya

Cerita pendek...

1. Saudara laki2nya bertanya saat kunjungan seminggu setelah ia melahirkan : " hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ? " ... " tidak ada " jawabnya pendek ... saudara laki2 nya berkata lagi : " masa sih ... apa engkau tidak berharga disisinya ?? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa " .... siang itu ... ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah ... keduanya lalu terlibat pertengkaran ... sebulan kemudian ... antara suami istri ini terjadi perceraian ... dari mana sumber masalah ??? kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki2 sang istri ....

2. Saat arisan seorang ibu bertanya : " rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ?? bukankah anak2 mu banyak ?? " ... rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya ... ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank .

3. Seorang teman bertanya : '' berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan ?? " ... ia menjawab : " 1 juta rupiah " ... " cuma 1 juta rupiah ... sedikit sekali ia menghargai keringatmu .. apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?? " ... sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya .. ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko ... pemilik toko menolak dan mem PHK nya .... kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran ...

4. Seseorang bertanya pada kakek tua itu : " berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan ?? " ... si kakek menjawab : " sebulan sekali " .... yang bertanya menimpali : " wah keterlaluan sekali anak2 mu itu .. diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering " ... Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak2 nya ... ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya ....

Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan2 diatas ??? ...
Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain ... mengecilkan dunia mereka ... menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki .... mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka ... dst dst .... kita akan menjadi agen kerusakan dimuka bumi dengan cara ini ... bila ada bom yang meledak cobalah intropeksi diri .... bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbu nya .....
nafaani wa iyyakum ..

Friday 28 August 2015

Aku, kamu, kita, kami dan mimpi

Kuparkirkan motor astrea supra diparkiran. Motor yang baru saja lunas dari leasing. Aku perlahan manaiki tangga menuju kamar. Kamar ukuran 3x3 yang ku sewa dari ibu kos.
Perlahan aku buka pintu "assalamualaikum" sapaku. Walaupun tidak ada orang aku sudah biasa mengucapkannya.
Kulempar tas selendang yg lumayan membuat pundak aga pegal.
Dengan sepatu yang masih terpasang aku menjatuhkan badanku. Kasur lepet yang sudah tidak berasa lagi busanya. Seminggu ini memang lumayan menguras energi, tak jarang aki harus tidur menjelang subuh untuk menyelsaikan tugas ahirku, kurasakan mataku terasa berair, kepalaku rasanya sangat berat.
Aku menatap langit-langit. Saat saat seperti inilah yang terkadang membuatku aga sedikit nyesek. Ini mungkin kesekiankalinya. Kubuka akun facebook, kuperhatikan update status teman facebook. Dari mulai update status rasa bahagia, sedih, share berita sampai pada caci mencaci. Kututup akun facebook yang malah semakin membuat mataku sakit. Kunyalakan sebatang rokok kuhisap dalam dan membuangnya berhamburan.
Pikiranku menerawang jauh entah kemana. Pikiranku terbang menemui orang-orang yang pernah singgah. Orang-orang yang ada dikehidupanku.
Orang-orang yang belum aku mintai maap, orang-orang yang sering aku sibukin, orang yang belum sempat aku bahagiakan. Tiba tiba mereka mendatangiku seolah mengingatkanku untuk segera kembali.
Kembali ke tempat dimana aku berangkat. Tempat dimana aku dibesarkan.
Tempatmu bukan disini bung, protesku dalam hati.
Tempat ini terlalu kejam, untuk kamu yang tidak bisa berlaku kejam.
Tempat ini bukan tempat orang-orang yang mempertahankan kejujuran.
Tempat ini hanya buat mereka yang mempertahankan kebohongan, keserakahan, kedholiman.
Tempat ini hanya buat para penghianat, tempat para budak kesewenang wenangan.
Hatiku seolah saling berebut mencari simpati.
Pulanglah bung...tempatmu bukan disini....cerosos batinku....
"Tit tit tit" pikiranku dibuyarkan notif bbm masuk. kucari smartphone disampingku. dengan males malesan kubuka pesan masuk "ka, minggu depan terahir adik harus melunasi SPP sekolah"....hmmmmmmm aku menarik nafas panjang....
Ku balas bbm adiku " iya dik, nanti kaka usahakan, adik tenang aja ya, belajarnya yang rajin, adik udah makankan? Belajarnya yang rajin ya, mama jagain, jangan sampai obatnya telat dimakan" balasku...lama kuliat tombol send.aku ragu untuk memijit. "Bismillah" aku pijit tombol send. "Sending" layar smartphone menyapaku..tidak lama kemudian HPku kembali bergetar, "makasih ka, salam dari mamah, katah mamah jangan terlalu cape, jaga kesehatan, dan jangan lup shalat" jawab adiku...
Bersambung.....

#caritapondok

Istilah Keturunan dalam Tradisi Sunda

Dalam sistem kekerabatan suku Sunda, kekerabatan meliputi hubungan ke atas dan ke bawah sampai tujuh tingkatan.


Adapun istilah-istilah secara berturut-turut hubungan keatas adalah :
  1. Bapa – indung (ayah–ibu), 
  2. Aki – Nini (kakek–nenek), 
  3. Buyut (cicit), 
  4. Bao, 
  5. Janggawareng, 
  6. Udeg-udeg dan 
  7. Gantung siwur. 
Istilah untuk hubungan ke bawah adalah :
  1. Anak, 
  2. Incu/putu (cucu), 
  3. Buyut (cicit), 
  4. Bao, 
  5. Janggawaeng, 
  6. Udeg-udeg dan 
  7. Gantung siwur.

Monday 24 August 2015

Mau

Untukmu
Aku menunggu
Hingga akhir waktu
Saat kau katakan "aku mau"

Tuesday 30 June 2015

Ini saum keberapamu?

Selepas solat tarawih tadi malam, sambil "ngadaweung" depan mushola seorang lelaki tua menghampiri dan bertanya "Ini saum keberapamu nak?". Dahiku berkerut sambil mencoba menghitung "keberapa ya" gumamku. "Kalau aku mulai belajar puasa dari usia 6 tahun, berarti sekitar 24 kali pak" jawabku sekenanya. Itupun plus sama belajar pak" tambahku.

"Dalam sebuah riwayat konon nabi hanya berpuasa 9 kali" jawabnya.
"Lantas apa yang kamu dapatkan setelah melakukan sekian banyak itu?" Lanjutnya.

Lagi lagi aku hanya mengerutkan dahi dan berfikir apa yang telah kudapat setelah melewati 24 kali puasa. Konon puasa menjadikan manusia menjadi taqwa. Kata "laala" dalam ayat yang memerintahkan puasa adalah bentuk harapan yang kata mufasir adalah sebuah harapan yang pasti tercapai. Artinya gelar taqwa pasti kita peroleh melalui pintu puasa. Sebulan kita puasa seharusnya nilai nilai taqwa itu terlihat di sebelas bulan berikutnya. Aku merasakan betul dibulan puasa barangkali aku masih bisa menahan untuk tidak berbuat sesuatu yang Dia tidak kehendaki, karena TAKUT pahala puasa berkurang. Atau melakukan sesuatu agar menambah pahala puasa. Tapi di bulan-bulan berikutnya tidak sediikit amalan itu lenyap seiring dengan menjauhnya bulan ramadhan.

Apa aku termasuk penuh kepura-puraan belaka? Jujur dibulan ini adzan magrib begitu aku rindukan. Berkumpul bersama anak yatim masuk list agendaku, shalat isya dan shalat lail dari mesjid ke mesjid menjadi rutinitas malamku, tadarus tak pernah terlewatkan,infak sodaqah seakan menjadi jajananku tiap hari. Tapi setelah ramadhan menjauh, rutinitas itupun hilang.
Atas nama profesional ilmu yang aku amalkan sering aku tarifkan, sehingga hanya orang yang punya duit yang bisa mengikuti.
Atas nama demi nafkah keluarga aku bohong dalam berbisnis, aku berbohong untuk mendapatkan kenaikan jabatan.
Atas nama dakwah aku lukai mereka yang menurutku salah.
Untuk mengejar ambisiku aku halalkan segala cara. Fitnah, bohong, suap, sikut sana sini.

Aku serasa menjadi orang paling shaleh ketika puasa sudah aku tunaikan setiap hari.
Surga seakan ada didepan mataku ketika aku sudah menyapa manis adik adik di panti asuhan. Setelah ramadhan berlalu, aku kembali ke asliku.

Aku labeli diriku sebagai pemimpin,
Aku labeli diriku sebagai guru
Aku labeli diriku sebagai bisnismen
Tapi...

"Aaaaah" aku menghela nafas panjang. "Entahlah pak" jawabku lirih.

"Anak muda, kamu belum terlambat untuk memperbaiki. Kamu masih punya harapan untuk mengisi hari-harimu lebih bernilai. Tidak ada yang abadi di muka bumi. Bergeraklah, bila perlu berlalirah. Jangan sampai kamu menoleh kebelakang jika kamu yakin bahwa yang kamu tuju adalah keabadian (allah swt)" pungkasnya.
 
 
Bandung, 13 Ramadhan 1436 H / 30 Juni 2015
 
Design by Free Themes | Bloggerized by Lasantha - Modified By MangABU | indahnya berbagi