Wednesday 6 February 2013

Tanpa Judul

5 Februari 2013

Sudah lama juga rasanya jari ini tidak menari nari. Bingung apa yang mesti di nyanyikan jari ini, padahal rasanya banyak sekali yang sudah di lewati beberapa bulan kebelakang. manis pahit kadang juga hambar bersatu menjadi sebuah pengalaman yang tidak mungkin terlupakan. Tapi entahlah kenapa belum terdengar juga suaranya, mungkinkah engkau lupa atau sengaja melupakan? tak taulah kepalaku hanya mampu mengingat rasa manis yang pernah di lewati. 

Ah coba kau ingat  ingat lagi? tanya batinku....sejenak aku terdiam mengenang hari-hari yang sudah kulewati, tiba-tiba aku tersenyum, ketika aku mengingat engkau, ya engkau yang pernah hadir sepintas dalam hidupku.
pertemuanku denganmu hanya baru seumur jagung. Siapa Kamupun aku tidak tau, apalagi namamu. entahlah. Rasa apa yang ada dalam hatiku sehingga masa itu selalu melintas dalam pikirku, saat mata kita saling bertemu, aku malu bahkan tak sanggup kuangkat wajahku.


     

MERETAS KEBAHAGIAAN HAKIKI

MERETAS KEBAHAGIAAN HAKIKI

Abstrak,
Kebahagiaan merupakan hal yang selalu di cari setiap insan manusia, Banyak cara yang dilakukan agar mencapai kebahagiaan. Manusia hidup di dunia ini mempunyai tujuan yang jelas yaitu tercapainya kebahagiaan. Sering kali kita keliru dalam membedakan mana kesenangan dan mana kebahagiaan. Hal ini mengakibatkan kita terjebak pada kesenangan yang tidak membawa pada kebahagiaan Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan. Dorongan sosial merupakan hal pertama yang memotivasi manusia untuk menjadi lebih baik menuju kesempurnaan dan kebahagiaan. Dimana kebahagiaan yang hakiki adalah ketika bisa bermanfaat untuk sosial.

kata kunci:  Tujuan Hidup, kebahagian, sosial

Pendahuluan
Bahagia, adalah kata sederhana yang sering terdengar di tengah kita, Sampai hari ini orang ramai mencari tentang kebahagian. Berbagai teori dan cara dijabarkan untuk mencapai kebahagian. Bahkan saat ini makna dari kebahagian itu sendiri dipersempit dengan symbol-simbol kekayaan, popularitas, ketenaran dan kekuasaan. Sehingga tanpa di sadari banyak dari kita menjual sifat - sifat mulia yang berguna untuk mencapai kebahagian yang hakiki (sejati) seperti kejujuran, rasa malu, bertanggung jawab, toleransi demi menggapai kebahagian yang bersifat masih semu.

Seorang reporter senior Eric Weiner pernah menulis buku laris The Geography of Bliss yang memuat mengenai pencariannya akan definisi kebahagiaan. Selama perjalanannya, Weiner mencari tahu dan mencatat apakah pengaruh letak geografis memengaruhi kadar bahagia seseorang. Misalnya, apakah penduduk Swiss bisa dibilang berbahagia karena tinggal di Negara yang demokratis? Atau penduduk Qatar yang menemukan kebahagiaan secara ekonomis berkat minyak mereka. Lantas bagaimana dengan penduduk Bhutan yang menjadikan Gross National Happiness sebagai prioritas utama mereka? (dailysylvia: 2012).

Banyak cara yang dilakukan agar mencapai kebahagiaan. seorang akademisi menuntut ilmu setinggi-tingginya baik dengan pendidikan formal di sekolah atau pelatihan-pelatihan, bekerja siang dan malam membanting tulang tanpa kenal lelah, mulai dari Pak Petani di sawah dan ladang sampai ke Pak Presiden di istana megah nan menjulang, adalah karena satu dorongan yaitu demi meraih kebahagiaan. Sebut saja sang bintang lapangan Ronaldo baru-baru ini menyatakan dirinya tidak bahagia di Santiago Bernabeu, di karenakan ruang ganti yang di gunakan tidak nyaman (okezone.com:2012). bahkan kita sering mendengar petuah orang tua dulu “rajin-rajin lah belajar di sekolah ya nak, agar kamu jadi orang pinter, kalo kamu pinter kamu bisa bekerja di tempat yang bagus, jadi kamu bisa punya uang yang banyak, bisa punya rumah yang bagus, bisa hidup layak dihargai dan dikenal masyarakat, dan tentu suatu saat bisa juga membantu orang-orang yang lemah”.

Alasan diatas tentu tidak lain karena baik Pemain termahal ini ataupun seorang ayah ini menginginkan kebahagiaan. Pertanyaan kemudian kebahagiaan yang seperti apakah yang di cari manusia?

Kebahagiaan Hakiki
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti kata kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup yang bersifat lahir dan batin. Demi meraih kebahagiaan ini, manusia rela melakukan apa saja walau sampai harus melukai dirinya sendiri.

Permasalahannya kemudian, kekeliruan kita dalam memahami konsep kebahagiaan membuat kita keliru pula dalam cara mewujudkannya. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa kebahagiaan itu bersumber dari tiga hal yaitu; kekayaan, popularitas, dan kekuasaan. sehingga orang berjiku baku berlomba mencari kebahagiaan dengan mengejar tiga hal tersebut.

Dalam upaya meraih kebahagiaan, sering kali kita keliru dalam membedakan mana kesenangan dan mana kebahagiaan. Hal ini mengakibatkan kita terjebak pada kesenangan yang tidak membawa pada kebahagiaan. Untuk itu kita harus dapat membedakan dengan baik antara kesenangan dan kebahagiaan.

Menurut ilmu kedokteran, kesenangan adalah aktifitas yang dapat diamati secara fisik pada otak manusia yang terjadi akibat dirangsangnya saraf “pusat kesenangan” atau “pleasure center”. Saraf yang dirangsang ini akan menghasilkan mekanisme hormonal, yaitu keluarnya suatu zat kimia dari neuron di otak yang mengakibatkan timbulnya rasa enak, senang, dan nikmat. Jadi, untuk memperoleh rasa senang, mudah saja caranya, yaitu dengan merangsang saraf pusat kesenangan ini, misalnya dengan obat-obatan tanpa perlu bekerja atau bersusah payah. Sayangnya hal ini tidak dapat bertahan lama. Sementara kebahagiaan adalah keadaan yang berlangsung lama, tidak sementara, yang berhubungan dengan penilaian pada kehidupan secara keseluruhan. Kegagalan dalam membedakan makna kesenangan dan kebahagiaan membuat kita sering kali terfokus pada pemenuhan kesenangan, bukan kebahagiaan itu sendiri.

Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan. Sudah sering kita temukan fakta-fakta bahwa orang-orang yang secara umum dianggap bahagia, malah tidak merasa bahagia. Contohnya artis-artis terkenal yang malah stres karena tidak memiliki kehidupan pribadi yang normal akibat ketenarannya sendiri, seorang politikus yang malah menjadi sakit jiwa karena bangkrut akibat kalah kampanye, atau seorang konglomerat kaya raya yang merasa depresi tidak bahagia karena keluarganya berantakan kurang perhatian dan kasih sayang. Lebih parahnya lagi, pemenuhan kesenangan untuk mencapai kebahagiaan ini justru yang alih-alih menjadi salah satu penyebab utama rusaknya moral masyarakat, sehingga terjadi masalah kecanduan obat-obat terlarang, miras, penyakit sex karena gaya hidup bebas, pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, dan tindakan kriminal lain yang dilakukan demi mendapatkan kebahagiaan, padahal yang diperoleh hanya kesenangan sementara.

Allah SWT berfirman pada Al-Qur’an surat Thaahaa ayat 124;
“dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S.Thaahaa (20) : 124)

Di tempat terpisah Rasullah menerangkan dengan jelas bahwa: “khairunnas anfaahum linnas” yang berarti “bahwa sebaik baik manusia dalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

Manusia menurut al ghazali (1984) hidup di dunia ini mempunyai tujuan yang jelas yaitu tercapainya kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat, sedangkan tujuan akhirnya ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang puncaknya yaitu dekat dengan allah.

Selaras dengan Adler, dalam memandang manusia. Dimana dorongan sosial merupakan hal pertama yang memotivasi manusia. lebih lanjut dia menjelaskan bahwa manusia adalah pada dasarnya malkhluk sosial. Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe tipe khusus hubungan dengan orang dan pranata pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat dimana tempat orang itu dilahirkan. Dari pandangan pandangan yang penuh antusias terhadap manusia, tokoh Psikoanalis ini beragumen bahwa manusia adalah seorang diri yang kreatif yang memiliki keunikan antara satu dan yang lainnya.

Manusia dalah makhluk sadar, mereka biasanya sadar akan alasan alasan tingkah laku mereka, mereka sadar akan inferioritas-inferioritas mereka dan sadar akan tujuan tujuan yang mereka perjuangkan. lebih dari itu, manusia adalah individu yang sadar akan dirinya sendiri dan mampu merencakan dan membimbing perbuatan-perbuatannya dan menyadari sepenuhnya asrti dari perbuatan itu bagi aktualisasi dirinya sendiri. beberapa konsep adler yang sangat terkenal antara lain:
  1. Finalisme Fiktif
  2. Perjuangan kea rah superioritas
  3. Perasaan Inferioritas dan kompensasi
  4. Minat Sosial
  5. Gaya Hidup, dan
  6. Diri Kreatif

Finalisme Fiktif
Adler yang banyak dipengaruhi oleh oleh filsafat postivisme idealistik, meyakini bahwa manusia lebih termotivasi oleh harapan-harapan masa depan, daripada pengalaman-penagamalan mas lampaunya.

Manusia  hidup dengan berbagai macam fikiran dan cita cita yang semata mata fiktif, tidak ada dalam kenyataan. “manusia ditakdirkan sama”. semua bersifat fiktif, idealism yang membuat orang tidak putus asa, walaupun usahanya sia-sia. Dalam dinamika keperibadian keyainan fiktif itu memungkinkan manusia dapat menghadapi realitas dengan lebih baik. (alwisol:2011).

Contoh lain seperti keyakinan akan adanya hari akhir, adanya surga, neraka menjadi penguat bagi seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya di dunia.

Perjuangan Ke Arah Superioritas
Hal lain yang paling terkenal dalam teori Adler adalah superioritas. Diawali dengan sebuah pernyataan Apakah tujuan akhir yang diperjuangkan oleh manusia? Superioritas menurut Adler bukan mengkotak-kotakan sosial,kepemimpinan atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, melainkan sebuah perjuangan untuk menuju kearah kesempurnaan (Hall S,Calvin:2005).

Perjuangan mencari kesempurnaan setiap orang akan sangat berbeda satu yang lainnya. mengingat perjuangan menuju arah ini bersifat bawaan. dimana dari semenjak lahir sampai kematian, setiap manusia selalu melakukan perjuangan menuju superioritas.

Sehingga wajar ketika kita menyaksikan bagaimana cara orang mencapai kebahagiaan. Tinggal dari sudut pandang mana kita akan melihat. 

Perasaan Inferioritas dan Kompensasi
Mengapa jika orang jatuh sakit, mereka menjadi sakit atau merasakan gangguan pada bagian tertentu?
Dalam hal ini adler melihat bahwa yang menentukan letak gangguan tertentu adalah inferioritas dasar pada bagian itu. Sebut saja Hitler. bagaimana dunia mengenal Hitler, Hitler yang semasa kecil dan mudanya penuh penderitaan menjadi seorang dictator yang sangat kuat dan dikenang sejarah.

Minat Sosial
Setiap orang berada dalam suatu konteks sosial sejak hari pertama dalam hidupnya. dengan bekerja demi kepentingan umum, manusia melakukan kompensasi bagi kelemahan-kelemahan individualnya sendiri. Artinya, jika seorang individu menyerahkan dirinya utuk membantu, berelaburasi dengan sosial, secara tidak langsung individu tersebut sedang memperjuangkan dirinya sendiri.

Minat sosial berupa individu membantu masyrakat mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. MInat sosial merupakan kompensasi sejati dan yang tak dapat dielakan bagi semua kelemahan alamiah manusia individual. sehingga terjadinya kegagalan neurotic,psikotik,kriminal,pemabuk,anak bermasalah,bunuh diri,penyelewengan,prostitusi adalah dikarenakan karena mereka kurang memilki minat sosial. mereka meyelesaikan masalah sendiri tanpa memilki keyakinan bahwa itu dapat terpecahkan dengan kerjasama. Tujuan keberhasilan mereka adalah superioritas personal. yang tidak member keuntungan bagi orang lain

Adler memandang bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah ketika bisa bermanfaat bagi sosialnya dan ini selaras dengan hadits di pendahuluan bahwa sebaik-baik manusia dalahyang paling bermanfaat bagi sesame.

Gaya Hidup
Setiap orang memiliki tujuan yang sama, yakni superioritas. dimana dalam menujunya dengan berbagai macam. Orang yang satu berusaha mnejadi superior dengan mengembankan inteleknya, yang lain dengan mengerahkan usahanya untuk memperkuat otot, seorang politisi sekuat tenaga mengrehakn pikiran, modalnya untuk mencapi tingkat tertinggi kekuasaan, seorang artis mengabiskan jutaan agar penampilannya selalu menarik. Semua tingkalh laku setiap orang muncul dari gaya hidupnya. Orang memeprsepsikan, mempelajari dan mengingat apa saja yang cocok dan nilai menunjang gaya hidupnya dan mengabaikan semua sisanya. Karena  Setiap orang mempunyai gaya hidup yang tidak memungkinkan sama diantara satu yang lainnya. 

Diri Kreatif
Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus tersebut, Dimana hal ini menjadi ragi yang mengolah fakta-fakta sehingga bersifat subjektif,dinamik,menyatu, personal dan unik. Sehingga memebrikan arti kehidupan dan menciptakan tujuan maupun saran untuk mencapainya.

Dalam hal ini individu merupakan seorang tuan, bukan korban. Dimana seorang individu diberikan kebebasan untuk mengatur masad depannya dalam rangka menuju Superioritas.

Kesimpulan
Kebahagian hakiki bukan terletak pada banyaknya harta, namun kebahagian sesungguhnya terletak manakala kita bisa bermanfaat untuk lingkungan sosial. Kehadiran manusia di muka bumi ini merupakan sebuah takdir tuhan yang tidak bisa dielakan untuk menuju hari akhir. Walupun hari ahir masih bersifat fiksi, namun keyakinan akan kedatangan hari itu harus tertanam menjadi tujuan utama superioritas manusia. Potensi yang diberikan tuhan menjadi modal untuk berkreatif mendesign gaya hidup yang optimal, yang akan menaji pembeda dengan individu lainnya.

Pada akhirnya hanya akan ada satu pemenang yang akan bertahan sampai akhir yaitu mereka yang mampu mengendalikan gaya hidupnya dengan kretifitas yang dimilki menuju kesempurnaan.

Kesempurnaan yang  hakiki adalah manakala manusia bisa berdampingan dengan sang pemilik kesempurnaan.

Daftar Bacaan
Al Ghazali (1954), Ihya Ulumudin, Beirut: Dar Al Fikr
Alwisol, (2011), Psikologi Keperibadian Edisi Revisi. Malang : UMM Press
Corey, Gerlald, (2010), Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,Bandung: Refika
Hall, Calvin S., & Lindzey, Garder, (1985), Introduction To Theories Of Personality. New York : John Wiley and Sons
Hall, Calvin S., & Lindzey, Garder, (1985), teori-Teori Psikodinamik (Klinis) Terjemahan,  Yogyakarta : Kanisius
Hidayat,Rahmat, Dede (2011), Teori dan Aplikasi Psikologi Keperibadian dalam Konseling, Bogor: Ghalia Indonesia
Kamus besar bahasa Indonesia
Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, Juntika, (2008), Teori Keperibadian, Bandung: Rosda
http://www.dailysylvia.com/mencari-bahagia/ (diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/04/mencari-kebahagian-di-abad-20/  (diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://filsafat.kompasiana.com/2012/10/06/hakekat-kebahagiaan-pemahaman-untuk-yang-ingin-berbahagia-493384.html (diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://www.dakwatuna.com/2011/06/12845/kunci-kebahagiaan-hakiki/
(diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://olahraga.plasa.msn.com/ronaldo-curhat-karena-ruang-ganti-tak-bahagia
( diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/10/03/137876-mencari-kebahagiaan-semasa-krisis-laris-manis ( diakses tanggal 13 Januari 2013)
http://kmii-jepang.org/index.php/berita/tausiyah/153-kunci-kebahagiaan-hakiki 
( diakses tanggal 13 Januari 2013)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pendahuluan
Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa tujuan pembangunan nasional dalam PJP II adalah membangun bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. untuk mencapai tujuan tersebut,hal pertama yang harus dilakukan adalah memajukan perekonomian sesuai dengan kualitas sumber daya manusia. Taraf kemajuan perekonomian dapat diukur dari berbagai indikator, antara lain PDB dan PDB per kapita. Keseimbangan komposisi dalam struktur perekonomian mencerminkan pula kemajuan perekonomian. Perekonomian yang maju seringkali diartikan dengan perekonomian yang tidak terlalu bergantung pada sektor primer, dalam hal ini pertanian dan pertambangan.

Menurut beberapa literatur ekonomi pembangunan, pembangunan sering diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya yang ada.

Upaya memadukan konsep pertumbuhan dan pemerataan merupakan tantangan yangjawabannya tidak henti-hentinya dicari dalam studi pembangunan.Sebuah model, yang dinamakanpemerataan dengan pertumbuhan dikembangkanberdasarkan suatu studi yang disponsori oleh Bank Dunia pada tahun 1974 (Chenery, et.al., 1974).Ide dasarnya adalah pemerintah harus mempengaruhi pola pembangunan sedemikian rupa sehinggaprodusen yang berpendapatan rendah (yang di banyak negara berlokasi di perdesaan dan produsenkecil di perkotaan) akan mendapat kesempatan.

Pembangunan Desa memiliki peran yang sangat penting.Pembangunandesamerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan daerah dan nasional.Walaupun kenyataannnya pembangunan desa masih memilki berbagai permasalahan, seperti adanya desa terpencilatau terisolir, minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran tenaga kerja produktif yang tidak seimbang. Tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat yang relative masih rendah menjadi pemicutimbulnya kemiskinan penduduk.

Untuk mengatasi hal tersebut konsep utama pembangunan desadiletakan pada strategi pemberdayaan masyarakat yang diarahkan langsung keakarpersoalan, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang masih tertinggal harus ditingkatkan dengan mengembangkan danmendinamiskan potensi masyarakat, Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkumnilai-nilai sosial.Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat"people-entered, participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya terpentingyang harus dilakukan adalah meningkatkan tarafpendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi sepertimodal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan inimenyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupunsosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat padalapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran diperdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karenaprogram-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisanmasyarakat ini.

Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi jugapranata-pranatanya.Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan sertaperanan masyarakat di dalamnya.Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakatamat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.

Urbanisasi
Di Indonesia, gejala urbanisasi mulai tampak menonjol sejak tahun 1970an, di saat pembangunan sedang digalakkan, terutama di kota-kota besar. Beberapa factor disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya: (1) perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas antara desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan (Saefullah, 1994:35); (2) semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana transportasi, (3) pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka peluang kerja.

Pada abad XXI, separuh penduduk dunia bermukim di kota. Keadaan ini dicapai Indonesia pada 2008 walau, pada awal dasawarsa 1990-an, Kalimantan Timur merupakan provinsi pertama yang urbanized, bersamaan dengan Kabupaten Sidoarjo, yang separuh penduduknya berdiam di kawasan urban. Lima tahun kemudian, global report PBB berjudul "Cities in a Globalizing World", artinya, dunia bukan hanya makin mengkota, tapi kota membentuk sistem global (Tempo:2010)

Untuk jawa barat sendiri seperti yang diungkapkan Ahmad Heryawan (Tempo:2012) populasi terkini menunjukkan ada 65,59 persen penduduk Jawa Barat yang hidup di perkotaan. Dengan demikian, hanya 34,31persen penduduk saja yang masih berada di desa.Saefullah (1994) berdasarkan penelitian diJawa Barat, menunjukkan kenyataanurbanisasi mempunyai andil yang cukupbesar terhadap proses pembangunan baik didaerah asal maupun daerah tujuan. Orang -orang desa yang telah “berhasil” hidupnya dikota, pada umumnya masih mengadakanhubungan, bahkan mengirimkan sebagianpenghasilannya ke desa. Namun bila disimak lebih mendalam, keberadaan urbanisasiternyata tidak selalu membawa akibat yangmenguntungkan bagi warga pedesaan.

Zelinsky (1971) dan Lewis(1982) bahwa mobilitas penduduk memegang peranan penting dalam perubahansosial-budaya dengan cara membawa masyarakatdari kehidupan tradisional ke suasana dan cara hidup modern yang dibawadari luar. Perubahan tersebut termasuk pergeseran nilai dan norma serta jaringan danpola hubungan kekerabatan di pedesaan

Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian. Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.

Secara praktis upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat ini akan meningkatkan produktivitas rakyat sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya. Dengan demikian, dapatlah diartikan bahwa pemberdayaan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Jadi, partisipasi rakyat meningkatkan emansipasi rakyat

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkapkemiskinan dan keterbelakangan.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan kemasyarakatan, korten (1988) membagi menjadi empat generasi yang berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat.Pertama, generasi yang mengutamakan relief and walfare, yang diperuntukkan sesegera mungkin dapat memenuhi kekurangan atau kebutuhan tertentu yang dialami individu dan/atau keluarga, seperti kebutuhan makanan, kesehatan, dan pendidikan.Kedua, generasi yang memusatkan kegiatannya pada small-scale reliant local development atau disebut dengan community development, pada segmen ini antara lain meliputi pelayanan kesehatan, penerapan teknologi tepat guna, dan pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini, penyelesaian persoalan masyarakat bawah (grassroot) tidak dapat diselesaikan dengan hanya pendekatan top-down approach, melainkan membutuhkan pendekatan bottom up approach.Ketiga, generasi dimana semua sumber daya manusia dan potensi yang ada harus terlibat dalam sustainable sistem development, yakni mulai memperhatikan dampak pembangunan dan cenderung melihat jauh ke daerah lain, baik tingkat regional, nasional, dan internasional.Pada tahap ini terdapat upaya untuk mempengaruhi perumusan kebijakan pembangunan.Startegi ini mengharapkan perubahan pada tingkat regional dan nasional.Keempat, generasi yang berperan sebagai fasilitator gerakan masyarakat (people movement).Peran pada generasi ini membantu agar rakyat mampu mengorganisasi diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal, dan memobilisasi sumber daya yang ada pada mereka.Generasi ini tidak sekedar hanya mempengaruhi perumusan kebijakan saja, namun mengharapkan adanya perubahan dalam pelaksanaannya.

Atas dasar itu, Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan simultan sampai ambang batas tercapainya keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan semua segmen yang diperintah.seperti yang di ungkapkan Ndraha dalam bukunya Kronologi (Ilmu Pemerintahan Baru) diperlukan berbagai program pemberdayaan, antara lain :
  • Pemberdayaan politik, yang bertujuan meningkatkan bergainning position yang diperintah terhadap pemerintah. Bergainning ini dimaksudkan agar yang diperintah mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan pihak lain. Utomo menyatakan bahwa birokrasi yang berdaya dan tangguh adalah yang memiliki ”quality of work life” yang tinggi dan berorientasi kepada; (1) participation in decision making, (2) career development program, (3) leadership style, (4) the degrees of stress experienced by employees, dan (5) the culture of the organisastion.
  • Pemberdayaan ekonomi, diperuntukkan sebagai upaya meningkatkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumen agar dapat berfungsi sebagai penanggung dari dampak negative pertumbuhan, pembayar resiko salah urus, pemikul beban pembangunan, kegagalan program, dan akibat kerusakan lingkungan.
  • Pemberdayaan sosial-budaya, bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui human investment guna meningkatkan nilai manusia (human dignity), penggunaan (human utilization), dan perlakuan yang adil terhadap manusia.
  • Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan, agar pihak yang diperintah dan lingkungannya mampu beradaptasi secara kondusif dan saling menguntungkan.

Pendidikan
Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah

Korten (1988) mengemukakan bahwa pembangunan itu haruslah merupakan suatu proses belajar. Maksudnya peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif yang tidak hanya menyesuasikan diri dari perubahan, melainkan juga untuk mengarahkan perubahan itu sehingga sesuai dengan tujuannya sendiri.sehingga untuk mewujudkannya perlu ada perubahan pada berbagai segi kehidupan, menyangkut lebijaan politik, kehidupan demokrasi, system pendidikan dan penyediaan saluran informasi yang terbuka dan luas bagi masyarakat. Untuk itu ketersediaan informasi harus dibuka seluas luasnya bagi mereka agar dapat menemukan pilihannya.

Lebih lanjut Korten menjelaskan ada dua cara untuk melakukan proses belajar yaitu: pertama dengan membangun sebuah program dan organisasi yang sama sekali dari bawah. kedua dengan mencangkok proses tersebut pada organisasi yang ada, sehingga mempunyai kemampuan baru untuk bekerja di pedesaan.

Penutup
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya berkelanjutan yang bertujuan untuk membangun masyarakat Indonesia seutuhnya. Dengan berorientasi pada partisipasi aktif masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pembangunan.Terutama pemberdayaan masyarakat Desa sebagai soko guru pembangunan nasional. Melalui konsep ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan kultur budaya masyarakat yang berdaya guna, mandiri dan dinamis. Dengan memperhatikan infra struktur maupun supra struktur pembangunan. Dengan demikian percepatan pembangunan nasional dapat tercapai.

Daftar Pustaka
Chambers, Robert, 1995, Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar dan Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press,.
Korten,David C dan Sjahril,1988,Pembangunanberdimensi kerakyatan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ndraha, Taliziduhu, 2003, Kronologi (Ilmu Pemerintahan Baru), Direksi Cipta: Jakarta
Saefullah, Asep Djaja “Mobilitas Penduduk dan Perubahan di Pedesaan,” dalam Prisma, (7), Tahun XXIII, 1994.
Tri Joko S. Haryono, 1999,Dampak Urbanisasi terhadap Masyarakat di Daerah Asal ,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 4, hal 67-78.
Zelinsky, Wilbur, 1971,The Hypothesis of the Mobility Transition, dalam The Geographical Review, Volume LXI,.
www.tempo.co/read/news/2012/08/19/058424411/Separuh-Lebih-Masyarakat-Kini-Hidup-Di-Kota ( di akses tanggal 22 Januari 2012 )
www.antaranews.com/berita/335874/p2kpb-tekan-urbanisasi-dan-pertahankan-lahan-pertanian ( di akses tanggal 22 Januari 2012 )
www.tempo.co/read/kolom/2010/06/01/179/Tantangan-Urbanisasi-Berkelanjutan
( di akses tanggal 23 Januari 2012 )
 
Design by Free Themes | Bloggerized by Lasantha - Modified By MangABU | indahnya berbagi