Namaku
Lastri, anak ke tiga dari empat saudara. Kedua kakaku sudah menikah dan
ikut bersama suaminya. Adiku meninggal disaat aku usia 10 tahun. Tidak
pernah ada dalam mimpiku kalo aku akan menikah dengan lelaki yang tidak
aku cintai. Disekolahku dulu aku seringkali ngerumpi tentang temanku
yang dijodohkan orang tuanya yang menjadi bahan cibiran kami. Ternyata
itu semua sekarang menimpaku.
2
hari setelah wisuda, aku pulang ke kampung halaman. 4 taun sudah aku
ngekos di kota bandung. Aku merasa bahagia karena aku sekarang bisa
berkumpul lagi dengan keluargaku di rumah. dengan sejuta impian yang
sudah aku susun. Seminggu sudah aku tinggal di rumah.
Hari
itu langit cerah menyapaku dengan lembut, sambil memandangi pesawahan
yang menghampar luas di belakang rumahku, aku terhanyut dengan
impian-impianku semasa kuliah…lamunanku buyar sesaat setelah suara ayah
memanggilku dari luar kamar…akupun beranjak dari jendela kamarku.
Aku menghampiri ayah dan Ibuku yang sedang nonton tv di ruang keluarga…tidak lama berselang terdengar
suara mobil di depan rumah, setelah kulihat ternyata mereka kakaku dari
Solo. Melihat mereka aku sangat bahagia karena biasanya kalo ada Mba
Tari dan suaminya Mas ujo aku dapat ampow disamping aku juga akan ketemu
dengan keponakanku sarah dan marwah…akupun menyambutnya dengan
bahagia….
Malam
harinya seperti biasa kami ngumpul diruang keluarga sambil nonton tv.
Tiba-tiba abah menyebut namaku…”neng, sebentar ayah mau bicara”…”iya
yah..ada apa” jawabku…”ayah kemarin sudah ngobrol dengan Mbamu, Mba
Laras, dia kemarin menceritakan tetangganya, Dia pengusaha, baik, dan
setelah melihat photomu, ternyata dia suka dan ingin menikahimu…”,
Ayahpun kemarin sempet berbicara dengan nak suryo….dan Ayah setuju….,
minggu depan bersama keluarganya dia akan kesini untuk
melamarmu”….sontak aku kaget “Ayah ini gimana sih, kan ayah tau aku
belum siap menikah, aku masih ingin mengurus karirku….ko main jodohkan
sajah…aku ga mau yah” jawabku dengan suara
lebih keras dari suara ayah…”pokonya kamu harus mau, dan minggu depan
kamu tunangan, bila perlu kalian menikah langsung…” timpal ayah sangat
keras sambil menggebrak meja….air mataku sedikit demi sedikit terjatuh,
kulirikan mataku ke Ibu yang selama ini selalu melindungiku kalo ayah
marah, tapi kali ini Ibu terdiam seribu bahasa….”dalam batinku..ini
gara-gara Mba Laras…akupun mendadak sangat marah padanya….”
Itulah
Ayah, tak ada seorangpun yang bisa melawannya jika dia sudah punya
keinginan, termasuk menikahkan aku dengan si suryo….hari pernikahankupun
tiba, aku orang yang dulu mengejek suyati temenku. Kini aku yang
mengalami sendiri….saat akad pernikahan, air mataku tak kuasa aku tahan,
tak ada sedikitpun senyuman yang menyapa suryo, hari tu aku merasa
menjadi wanita paling bodoh. Padahal dulu di kampusku aku adalah salah
satu perempuan yang selalu membela emansipasi wanita, aktifis perempuan
yang selalu mengangkat kesetaraan gender. Kami orang paling depan jika
teman-teman perempuanku ada yang menyakiti….itu dulu lastri….hari ini,
kamu bahkan tidak bisa membela dirimu sendiri. Gemuruhku dalam
bathin”…..
Sebulan
berlalu pernikahanku dengan suryo. Aku sebagai istri sama sekali belum
pernah menjalankan kewajibanku layaknya seorang istri terhadap suami.
Hanya sesekali saja aku mengabulkan permintaanya melakukan hubungan
intim itupun aku selalu menggunakan pil agar aku tidak hamil…..sampai
satu seketika malam itu aku tidak minum obat,karena aku lupa ternyata
stok obat anti hamilku habis… suryo sempat menegorku..”sayang…tumben
kamu tidak minum obat”…”ya semoga sajah tidak jadi anak” jawabku
ketus…selama hubungan intim dengan suryo aku berdoa semoga tidak jadi
janin”…..
3
minggu berselang aku merasakan agak mual dan ingin muntah, sehari tu aku
mengurung diri di kamar tidur dan bolak balik ke kamar mandi karena
ingin muntah. Aku baru sadar ternyata aku sudah telat 5 hari dari
kebiasaanku haid….aku sangat marah. Dan beregas pergi ke puskesmas yang
tidak jauh dari rumahku…walhasil aku di katakan positif oleh bidan…aku
sangat marah waktu itu…sepanjang perjalanan aku menangis tanpa henti
sampai ke rumah….
Hari
kelahiranpun tiba aku melahirkan bayi kemar. Laki-laki dan
perempuan…tak ada kebahagian sedikitpun ketika aku mengandung termasuk
dalam melahirkan, yang konon katanya jika seorang ibu melihat bayinya
dia akan bahagi. Waktu itu sama sekali aku tidak rasakan, yang ada
hanyalah benci….
Kini
ratna dan retno sudah berusia 5 tahun, tapi sampai hari ini aku sama
sekali belum pernah menyiapkan makanan untuk sarapan atau bahkan
mengantarkan mereka ke sekolah. Semua dilakukan oleh suryo dan bi ijah.
Hari
ini aku sengaja keluar kamar lebih lama dibanding mereka, dengan alasan
banyak kerjaan. Setelah sury0, ratna dan retno berangkat aku bergegas
ke garasi, ku starter mobil kesayanganku dari semenjak kuliah. Aku
merasa hanya mobil inilah yang selalu setia padaku…sampailah ke salon
ternama yang ada di Solo…seperti biasa aku melakukan perawatan semuanya
dari mulai ujung rambut sampai ujung kepala….setelah selesai semua
akupun menuju loket pembayaran, kuambil tas bermerek yang aku pesen dari
temanku di eropa, betapa kagetnya ternyata dompetku tidak ada…bercampur
kaget dan malu aku telpon suryo…aku minta dia mengantarkan uang karena
dompet aku ketinggalan…belum sempat menjawab aku langsung tutup
HPku”….tak lama kemudian HP aku pun berbunyi. Segera kuangkat..kudengar
suara suryo “sayang maafin papah yah..kemaren dompet mamah, papah ambil,
karena Rare ingin jajan…rare adalah panggilan kami buat Rtno dan Ratna
dan papah tidak ada uang kecil, terpaksa papah ambil dompet
mamah, dan lupa ga di simpen lagi di tas mamah….”..mendengar itu aku
marah “papah ini gimana sih, pokonya sekarang anterin..ini
alamatnya….”sekarang juga titik”..langsug ku tutup HP ku……
Sudah
1 jam aku menunggu, ku telpon HP suryo, dan ternyata tidak diangkat…aku
sangat marah, sambil nyerocos aku maki-maki dia didepan kasir….
15
menit berselang HP ku berdering. Dan kulihat itu dari suryo. Pas
kuangkat belum juga aku berteriak, dia sudah lebih bicara, tapi dari
nada suara aku kenal ini bukanah suryo…”Selamat Sore, ini betul dengan
ibu Lastri, kami dari kepolisian, betul ini istri dari pak suryo…suami
ibu kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit”….aku sangat kaget dan
segera menuju rumah sakit dimana suryo di rawat….kulihat disana sudah
menunggu ke dua orang tua suryo. Sesaat setelah kami berkumpul dokter
mengahmpiriku dan menceritakan kalo suryo sudah tidak bisa ditolong, dan
dia sudah meninggal. Riak tangis dari kedua orang tua suryo mulai
terdengar. Aku sama sekali tidak bersedih bahkan akulah yang melirihkan tangis kedua orang tua suryo….
Kamipun
pulang, sebelum pemakaman aku di paksa untuk memberikan salam terakhir
untuk suryo. Aku duduk didepan suryo yang sudah membujur kaku, kulihat
wajahnya….tidak terasa air mataku meleleh saat kulihat wajah suryo,
wajah yang selalu nampak bahagia menyambutku setiap pagi, bibir yang
selalu menyapaku dengan penuh kasih sayang, yang tak pernah sedikitpun
keluar dari bibirnya kata-kata kasar, air mataku sungguh tidak
terbendung saat kuingat kebaikan-kebaikan suryo. Hatiku bergetar,
tubuhku lemas , aku tak kuasa melihat wajah laki-laki baik itu, wajah
yang selalu aku maki, wajah yang tak pernah aku berikan kecupan sayang
ataupun senyuman manisku, kini sudah tidur pulas untuk selama-lamanya.
Tiba-tiba
terasa di bahuku ada tangan yang menyentuhku dan setelah kulihat,dia
Ibuku…..aku merangkul Ibu dan menangis keras…, batinku berkecamuk.
Aku pun tidak kuasa disaat melihat tanah-tanah itu menutup tubuh suryo. Dan akupun tak sadarkan diri dan pingsan.
Seminggu
sudah suryo meninggalkan rumah kami, setiap pagi aku harus menyiapkan
keperluan Rare. Sungguh aku tak biasa dangan hal ini bahkan tidak bisa.
Karena aku belum pernah sama sekali melakukan hal seperti ini.
Aku
terdiam saat kulihat piring yang ada didepanku. Aku ingat wajah suryo
yang selalu menyuapiku disaat aku malas makan. …di selalu mengingatkanku
tentang kesehatan, tentang makanan tentang semuanya. Kadang akupun
risih mendengarnya. Tapi kali ini aku meridukan suara itu, suara suryo.
Akupun menangis tak terhankan. Air mataku seakan tidak pernah habis
disaat mengenang itu.
Akupun mengalihkan ke kamar, kurebahkan badanku di kasur. Pikiranku kembali melayang kepada suryo. Aku
merindukan dengkurannya yang dulu sangat aku benci. Bahkan seringkali
aku tutup mukanya dnegan bantal disaat kami tidur. Karena dengkurannya
yang sangat keras. Kali ini aku sangat merindukan dengkuran itu….akupun
kembali menangis. Kali ini tangisanku sangat keras. Sehingga si bibi
yang berada di dapur mengahmpiriku….”sabar non” bisiknya.
Menjelang 40 hari sepeninggal suryo. Terdengar suara ketukan pintu. Si bibipun membukan pintu dan memersilahkan si tamu masuk.
Perkenalkan
“Saya Fhatur, notaris dari pak Suryo” si tamu memperkenalkan diri….”1
minggu sebelum kepergian Pak Suryo, beliau menitipkan Surat ini untuk
Ibu dan beliau juga memiliki 3 perusahaan yang di sekarang di pegang
oleh orang kepercayaanya… yang otomatis sekarang jadi milik ibu, dan ini
Polis Asuransi beserta Tanggungan yang akan ibu terima” sambungnya
sambil menyodorkan surat amplop putih bertuliskan teruntuk istriku
tercinta Lastri…
Perlahan aku buka amplop tersebut dan ku baca surat dari suryo…
“teruntuk istriku Lastri dan kedua anaku Ratna dan Retno yang papah cintai dan banggakan…
Sayang,
mohon maaf papah harus pergi lebih dahulu dari kalian. Papah sebenarnya
ingin sekali menjalani hidup lebih lama dengan kalian, papah ingin
melihat kalian besar, di wisuda dan menjadi orang sukses. Tapi apalah
daya papah sudah dijemput oleh yang maha kuasa. Papah hanya berpesan
pada Rare jadilah anak yang shaleh dan shalehah seperti mamah, sayangi
mamah layaknya kalian menyayangi diri kalian sendiri, jadilah kalian
orang yang sukses…
Dan
untuk istriku tersayang, sekali lagi maafkan papah jika selama hidup
dengan mamah banyak salah dan banyak mengecewakan mamah, papah selalu
ingin membuat mamah bahagia…
Semoga
setelah kepergianku kalian tidak kesusahan dengan materi dan apapun
itu, sehingga semasa papah bersama mamah, papah bekerja keras untuk
kalian bertiga.
Salam hangat dari papah yang selalu menyayangi mamah apapun adanya…
Papah
Membaca
isi surat tersebut, air mataku kembali meleleh tak terhankan. Jantungku
seakan copot. Kejahahatanku selama ini terhadap Suryo…tak membuatnya
membenciku… Aku malu…selama aku hidup dengannya aku tidak pernah
menyayanginya, aku sering memakinya, sering pula melawannya bahkan
memarahinya. Tak pernah sedikitpun aku memperhatikannya. padahal aku tau
bahwa suryo memiliki penyakit maag, dan sering aku denger dari teman
sekantornya, kalo dia sering makan mie instan, karena aku jarang
membuatkan masakan untuknya…dan sekali lagi aku tak perdulikan
itu…bagiku yang terpenting dia memberiku uang untuk ke salon…
Kini
Rare sudah berumur 25 tahun dan sudah lulus dari kuliahnya, minggu
depan Ratna akan menikah dengan pria teman kuliahnya….sebelum akad
pernikahan tiba…Ratna berbisik kepadaku…”mah, gimana dong aku sebentar
lagikan mau nikah, tapi aku ga bisa apa-apa, aku ga bisa masak, ga bisa
nyuci…pokonya aku bisa apa-apa mah”…rintihnya dengan manja….aku terdiam,
air mataku berlinang, “masaklah dengan bumbu cinta nak… siapapun
dia…cintailah dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya, laki-laki
yang akan jadi suamimu adalah jodoh yang telah tuhan takdirkan
untukmu…untuk melengkapkan hidupmu…sungguh tuhan lebih tahu dari
makhluk-Nya”
0 comments:
Post a Comment